Senin, 17 Agustus 2009

KARYA TULIS ILMIAH


KARAKTERISTIK WANITA INFERTIL DI POLI INFERTILITAS RSUP Dr.MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2008












OLEH :
OKTARIA PUSPITASARI
NIM : PO.7124.0.06.060





DEPARTEMENKESEHATANREPUBLIKINDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
2009


KARYA TULIS ILMIAH



Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Kebidanan ( AM.Keb )









Oleh :

OKTARIA PUSPITASARI

PO.7124.0.06.060






Palembang, Agustus 2009

Mengetahui, Disetujui,

Ketua Jurusan Pembimbing






Rochmah.KM,S.Pd,SKM Kharisma Virgian, S.ST
NIP.19530626 197509 2 001 NIP.19810827 200501 2 005




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis haturkan kehadiratan Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Karakteristik Wanita Infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008 “. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun maksud dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat akademi dalam rangka menyelesaikan kuliah di Politeknik Kesehatan Depkes Palembang Jurusan Kebidanan.
Selanjutnya, penulis mengucapakan terima kasih kepada ibu Kharisma Virgian,S.ST dan Aprilia Ayu Shinta Yuka, S.ST sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan saran baik yang diberikan secara lisan maupun tertulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak drg. Rudiansyah, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Departemen Kesehatan Palembang.

2. Ibu Rochmah KM,S.Pd, SKM, selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Depkes Palembang.

3. Dosen pembimbing ibu Kharisma Virgian, S.ST dan Aprilia Ayu Shinta Yuka, S.ST.

4. Kepala Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang beserta

staf yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pengambilan data

untuk penelitian.

5. Seluruh staf dosen dan pengajar Poltekkes Depkes Palembang Jurusan

Kebidanan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran sebagai masukkan guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan penulis mohon maaf kepada semua pihak atas kesalahan penulis dan kepada Allah penulis mohon ampun. Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi semua pihak. Amin.

Palembang, Mei 2009




Penulis









DEPERTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN

Jln.Jend.Sudirman
Komp.RSMH Palembang 30126 Telp/fax.0711-360952

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Oktaria Puspitasari
NIM : PO.7124.0.06.060
Nama Pembimbing : Kharisma Virgian,S.ST
Judul KTI :Gambaran Wanita Infertil di Poli Infertilitas RS.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.


No Tanggal Materi Konsultasi Keterangan Paraf

Palembang, Agustus 2009
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Depkes Palembang




Rochmah.KM,S.Pd,SKM
NIP.19530626 197509 2 001


PERSETUJUAN



Proposal Penelitian Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan
Di Hadapan TimPenguji Proposal Penelitian Yang Diajukan
Sebagai Syarat Untuk Melakukan Penelitian


Nama : Oktaria Puspitasari
NIM : PO.7124.0.06.060
Judul Penelitian : Gambaran Wanita Infertil Di Poli Infertilitas RSUP.dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.


Palembang, Juni 2009
Mengetahui, Disetujui
Ketua Jurusan Pembimbing


Rochmah KM,S.Pd,SKM KharismaVirgian,S.ST NIP.19530626 197509 2 001 NIP.19810827 200501 2 005

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Lama Infertilitas Pasangan-Pasangan Diberbagai Wilayah Geografis……17



















DAFTAR PUSTAKA

Hekler. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Millman C.1999. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Winkjosastro.2005. Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

Depkes RI.2008. Pedoman Pelaksanan Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi. Jakarta:Depkes.

Bobak.2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC

Sugiarto.2008. Infertilitas. ( Online )
(http://www.infertilitas.com, diakses 9 juni 2008 pukul 10:24 WIB)

Scott Naylor. 2004. Obtetri Ginekologi. Jakarta : EGC

Eprila. 2003. Gambaran Wanita Infertil Di Poli Infertilitas RS DR. Hasan Sadikin Bandung Periode 1 Juli 2001 Sampai Dengan 1 Juni 2002. KTI. Universitas Padjadjaran Bandung

Vita health.2008. Infertil: informasi lengkap untuk penderita dan keluarga. Jakarta : Gramedia

Kurniawan.2008. Faktor=Faktor yang mempengaruhi infertilitas. ( Online )
(http://www.Infertil.com, diakses 14 Maret 2008 pukul 20:18 WIB).

Idra,Anwar dan Irsal.2008. Dua Puluh Penyebab Kurang Subur Pada Pasangan Suami Istri.( Online )
(http://www.Penyebab infertile.co.id, diakses 16 November 2008)

Kasdu,Dini.2005. Solusi Problema Wanita Dewasa.Jakarta : Puspa swara : 3-9).

Surahman, Hakim.2008. Pemeriksaan Infertil. ( Online )
(http ://www.infertil.co id, diakses 14 November 2008 pukul 12:32 WIB).

Hermawanto, Hadiwijaya.2008. Analisis sperma pada infertilitas Pria.( Online )
(http://www.infertil.co.id, diakses 26 Juli 2008, Pukul 10:36 WIB)

2008. laporan Tahunan RSUP.dr.Mohammad Hoesin Palembang : Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK.Unsri RSUP.dr.Mohammad Hoesin

2007. laporan Tahunan RSUP.dr.Mohammad Hoesin Palembang : Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK.Unsri RSUP.dr.Mohammad Hoesin

Hastono. 2001. Modul AnalisaData.Jakarta; FKM Indonesia

Notoatmojo,Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Jakarta: Media

Manuaba. 1999.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan danKeluarga Berencana. Jakarta: EGC

Yulia, Paulina. 2005. Gambaran Mekanisme Koping Istri Yang Mengalami Masalah Infertilitas Di Poli Klinik Kebidanan RSUP.dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2005. KTI. Poltekkes Depkes Palembang

Irsal. 2008. Data Infertil. (Online)
(http://www.Data Infertil, diakses 20 April 2009 pukul 23.00)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya tidak setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-15% pasangan mengalami infertilitas, keadaan tersebut dimulai saat wanita tidak mampu untuk tidak menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan, meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun atau lebih, keadaan tersebut lazimnya disebut kekurangsuburan atau dalam bahasa medis disebut sebagai infertil (Hecker, 2001).
Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Walaupun diperkiraan angka kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya, apabila diekstrapolasi ke populasi global ini berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga. Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat. Hal ini jika dibandingkan dengan kasus baru seperti kasus kanker diperkiraan 5,9 juta kasus baru per tahun dan 100 juta kasus baru malaria masih jauh, tetapi walaupun demikian cukup menimbulkan masalah yang bermakna pada sumber daya kesehatan nasional (Hinting, 2000).
Perubahan pola demografi dalam 50 tahun terakhir di negara maju, dan khususnya dalam 20 tahun terakhir di beberapa negara berkembang, angka kejadian infertilitas di negara maju dilaporkan sekitar 5-8% dan di negara berkembang sekitar 30%.WHO memperkirakan sekitar 8-10% atau sekitar 50-80 juta pasangan suami istri di seluruh dunia mengalami masalah infertilitas, sehingga membuat infertilitas menjadi masalah mendesak, kewaspadaan akan hal tersebut jadi meningkat cepat, banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut sensus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia
(Wiknjosastro, 2005).
Sesuai dengan paradigma baru Program Nasional Kependudukan/Keluarga Berencana di Indonesia telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahterah (NKKBS) menjadi visinya untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa (Saifudin, 2005). Maka kepada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak seyogyanya juga diberikan pelayanan kemandulan/infertilitas agar mereka juga dapat mewujudkan tujuan visi tersebut bagi dirinya/keluarganya.Dan sesungguhnya keluarga berencana tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan infertilitas (Wiknjosastro, 2005).
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuh lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligami atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan infertil telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor “bayi tabung” atau membesarkan janin didalam rahim wanita lain tetapi hal ini memerlukan biaya yang mahal (Wiknjosastro, 2005).
Infertilitas dapat disebabkan dari berbagai faktor baik dari faktor suami maupun dari faktor istri, infertilitas karena faktor istri mencangkup 45% yang mempunyai masalah pada vagina, serviks, uterus, kelainan pada tuba, ovarium dan pada peritoneum. Sedangkan infertilitas karena faktor suami sekitar 40%, meliputi kelainan pengeluaran sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan, faktor imunologik/antibodi, antisperma, serta faktor gizi. Faktor gabungan yang disebabkan oleh kedua suami istri sekitar 20-30%. Sementara akibat faktor tidak terjelaskan sekitar 10-15% (Anwar,2008).
Di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang banyaknya pasangan infertil selama tahun 2007 yaitu sebanyak 240 pasien dengan klasifikasi pasien wanita sebanyak 205 atau 85,4% dan pria sebanyak 35 atau 14,5% dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 279 pasien dengan klasifikasi pasien wanita sebanyak 227 atau 81,3% dan pasien pria 52 atau 18,6% (RSMH, 2007 dan 2008).
Dengan melihat masih cukup banyaknya kejadian infertilitas di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Karakteristik Wanita Infertil Di Poli Infertilitas Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Moehammad Hoesin Palembang Tahun 2008”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan karakteristik wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Moehammad Hoesin Palembang tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi umur pada wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Tahun 2008.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi lamanya infertil pada wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammd Hoesin Pelembang Tahun 2008.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi jenis infertil pada wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi kelainan ginekologi pada wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan menerapkan metodelogi penelitian yang telah dipelajari dalam bentuk karya tulis, serta menambah wawasan penulis mengenai infertilitas.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan berguna untuk menjadi masukan informasi tentang infertilitas sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien infertil.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka di instansi pendidikan sehingga memberi konstribusi pengetahuan bagi yang membacanya.











BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Infertil
1. Defenisi
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan melakukan sanggama secara teratur (Depkes RI, 2008).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil atau menghamili setelah satu tahun secara teratur menjalani hubungan intim tanpa penggunaan alat kontrasepsi (MedicineNet.Infertility,2006).
Infertilitas adalah kegagalan sepasang suami istri untuk hamil selama 12 bulan atau lebih dengan koitus yang teratur dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Wiknjosastro, 2005).
Infertilitas adalah tidak terjadi konsepsi setelah satu tahun (Scott, 2004).
Infertilitas adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup (Hermawanto, 2008).
Infertilitas adalah keadaan di mana tidak terjadi kehamilan setidaknya 12 bulan setelah senggama tanpa kontrasepsi (Darsono, 2008).




2. Klasifikasi Infertil
Infertil dapat dibagi dua menurut Wiknjosastro (2005) yaitu:
a) Infertil wanita primer adalah dimana seorang wanita belum pernah hamil sama sekali walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
b) Infertil wanita sekunder adalah dimana seorang wanita pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak dapat terjadi lagi kehamilan walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

3. Etiologi
a) Faktor wanita (60-70%)
(1) Faktor vagina (3%-5%)
Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian air mani ini ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan jenis pertama adalah sumbatan psikogen yang disebut juga vaginismus atau dispareunia dan yang kedua adalah sumbatan anatomis berupa vaginitis atau radang pada vagina yang biasa disebabkan oleh candida albicans atau trikomonas sejenis kuman yang hidup di dalam vagina ini dapat menghambat gerak spermatozoa.
(2) Serviks (1%-10%).
Infertilitas yang berhubugan dengan faktor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis, lendir serviks yang abnormal, malposisi dari serviks atau kombinasinya. Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan (servisitis menahun), sineksia setelah konisasi dan inseminasi yang tidak adekuat. Vaginitis yang disebabkan oleh trikomonas vaginalis dan kandida albicans dapat menghambat motilitas spermatozoa akan tetapi pHnya tidak mengahambat motilitasnya.
(3) Uterus (4%-5%)
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip, peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir sebelum waktunya.
(4) Tuba fallopii (65%-80%)
Paling banyak ditemukan dalam masalah infertilitas. Diantara tuba yang membesar seluruhnya ataupun yang menebal karena adanya kerusakan dinding tuba akibat infeksi atau endometriosis, tuba yang memendek akibat peradangan sebelumnya, fibriosis atau pembentukan jaringan ikat, serta perlengaketan tuba yang menganggu pergerakan fimbria.
(5) Ovarium (5%-10%)
Gangguan pada ovarium (indung telur), seperti adanya tumor atau kista endometriosis bisa mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi.Sebab bagaimana bisa terjadi pembuahan bila tidak ada sel telur yang akan dibuahi (Manuaba, 2002).
(6) Anovulasi (35%)
Menurut Inayatullah (2008) salah satu penyebab infertilitas (ketidaksuburan) adalah anovulasi yaiti 35%. Anovulasi adalah tidak ada sel telur berarti tak akan ada kehamilan. Ovulasi dan menstruasi adalah satu rangkain orkestrasi kejadian hormonal didalam tubuh wanita, yang berarti mencerminkan suatu peristiwa yang teratur dan periodik.
b) Faktor laki-laki (30-40%)
Meliputi kelaianan sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan, faktor imonuglobik/antibody, antisperma, serta faktor gizi.
c) Gabungan (20-30%)
Yaitu biasa dari kedua-duanya (suami dan istri mengalami infertil).
d) Tidak jelas (10%)
Faktor ini sekitar 10% dari kejadian infertilitas setelah semua pemikiran dilakukan penyebab infertilitas dapat saja tidak diketahui atau terdekteksi.
(Scott,2004).




4. Pemeriksaan Pasangan Infertil
Menurut Astarto (1999) dalam Eprila (2008), ketidaksuburan merupakan masalah dari satu kesatuan pasangan, oleh karenanya pemeriksaan untuk mengetahui penyebab ketidaksuburan tersebut mutlak harus dilakukan baik pada suami maupun istri. Masih sering dijumpai bahwa suami agak enggan bahkan kadang-kandang tidak mau diperiksa dan sering pula mengatakan bahwa istrinya dahulu yang diperiksa baru suami kemudian, sikap seperti ini tidak dapat dibenarkan. Pada umumnya pemeriksaan terhadap suami relatif lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan pemerikasaan terhadap istri yang biasanya memakan waktu dan biaya yang cukup besar. Maka yang terbaik adalah pemeriksaan dilakukan secara simultan dengan demikian ini juga memperlihatkan tanggung jawab pasangan tersebut terhadap masalah mereka.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
(1) Anamnesis
Wawancara dilakukan pada pertemuan pertama kali dengan pasangan suami istri (pasutri), sedapat mungkin meliputi :
(a) Riwayat siklus haid, umur menarch, riwayat kehamilan atau persalinan yang lalu, riwayat penyakit yang lalu, riwayat pembedahan terutama di daerah pelvik.
(b) Umur pasutri masing-masing.
(c) Beberapa lama kawin, beberapa lama berusaha hamil, perkawinan yang keberapa, apakah perkawinan yang lalu mempunyai anak.
(d) Pemakaian obat tertentu jangka lama.
(e) Kenaikan berat badan berlebihan, penurunan berat badan berlebihan.
(f) Aktivitas atau latihan fisik yang berlebihan
(g) Stress emosional
(h) Apakah ada hirsutisme
(i) Galatore yaitu keluar air susu.
(2) Pemeriksaan Fisik
Setelah wawancara selesai, lakukan pemeriksaan fisik :
(a) Apakah ada hirsutisme atau jerawat
(b) Perabaan kelenjar tiroid
(c) Adanya klitoromegali (klitoris yang membesar)
(d) Bagaimana kualitas lendir mulut rahim
(e) Pemeriksaan vaginal apakah uterus mudah digerakan kekanan-kiri, adakah tumor indung telur.
(f) Pemeriksaan rektovaginal : apakah ada benjolan dibelakang bawah rahim (ligament sakrouterina).
5. Pengobatan
(1) Gangguan ovulasi
Bila terdapat gannguan ovulasi dan hormonal maka pengobatanya adalah dengan pemicuan ovulasi menggunakan obat-obatan hormonal. Berbagai macam jenis dan kombinasi pengobatan dilakukan untuk pemicuan ovulasi ini.

(2) Kelainan Rahim
Pada kelainan rahim misalnya kelainan bawaan, pada kasus-kasus tertentu masih dapat dilakukan tindakan pembedahan untuk mengoreksinya. Bila terdapat tumor baik itu di rahim atau di indung telur maka untuk hal tersebut perlu dilakukan tindakan operasi pengangkatan tumor.
(3) Kelainan Tuba Fallopii
Kelainan tuba fallopii (saluran pipa telur) biasanya perlengketan atau buntu akibat infeksi atau endometriosis, maka pengobatan yang dipilih adalah opersi dengan teknik bedah mikro atau teknik bedah laparoskopi.
(4) Gangguan Peritonium
Paling sering disebabakan oleh endometriosis. Bila ditemukan pada derajat ringan, diberikan pengobatan hormonal selama 3-6 bulan terus menerus. Bila tingkatnya sudah sedang atau berat diberikan terapi kombinasi operasi disertai dengan pengobatan hormon.
(5) Gangguan Vulva
Untuk menentukan lokasi NIVA yang pasti, dilakukan pemeriksaan kolposkopi. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan biopsi. NIVA tingkat rendah sering menghilang sendiri karena pengobatanya biasanya hanya dilakukan pada NIVA tingkat menengah dan tinggi . Adapun cara lain yaitu dengan penyinaran, pembedahan, kemoterapi dan disesuaikan dengan stadium penyakit yang diderita dan jenis penyakit, serta usia dan keadaan umum penderita.

6. Faktor-faktor yang diteliti dapat mempengaruhi infertilitas yaitu:
a. Umur
Di Indonesia angka kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun. Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah berumur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause (Irsal, 2008).
Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai dapat bereproduksi yang ditandai dengan haid pertama kalinya (menarch) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin, dan timbunan lemak dipanggul. Fase pubertas pada wanita terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bias hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis dan wanita tidak menstruasi lagi atau tidak bisa hamil lagi. Pemeriksan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat mentruasi hari kedua atau ketiga
(Kurniawan, 2008).
b) Lama Infertil
Berdasarkan laporan klinik di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertil datang terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan diberi batasan jumlah bulan di mana pasangan melakukan senggama tanpa metode kontrasepsi. Hal ini penting karena dapat memberikan informasi prognostik tentang infertilitas tiga tahun atau kurang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami kehamilan spontan di kemudian hari. Jika lama infertilitas lebih panjang, maka sangat mungkin ada masalah biologis yang berat (Kurniawan, 2008).
Tabel 2.1
Lama infertilitas pada pasangan-pasangan di berbagai wilayah geografis
Lama infertilitas dalam tahun Persentase Pasangan
Negara maju Afrika Asia Amerika Latin Timur Tengah
<> 46 30 34 35 24
2,5 – 4 29 33 31 29 22
4,5 – 7,5 18 21 22 24 26
> 8 7 16 13 12 28
(Sumber : Puspayanti, 2008)
Lama infertilitas perlu dalam merancang atau melaporkan penelitian ilmiah dan klinis tentang infertilitas. Pada percobaan klinis tanpa kontrol, angka kehamilan spontan sering kali disalah artikan sebagai efek pengobatan. Pada umumnya, pasangan di negara maju mencari bantuan pengobatan setelah waktu intertilitas yang lebih pendek. Lama infertilitas tidak memberikan informasi tentang apakah masalah infertilitas ada pada pihak pria atau wanita. Pada kasus-kasus infertilitas sekunder harus dicatat jumlah bulan setelah kehamilan terakhir. Untuk pria dengan infertilitas sekunder, jangka waktu yang lebih panjang dari kehamilan terakhir dapat berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kelainan yang didapat pada diagnosis.pasangan tersebut (Puspayanti, 2008).
c) Jenis Infertil
Jenis infertilitas dapat dibagi dua menurut Winkjosastro (2005) yaitu :
(1) Infertil wanita primer adalah dimana seorang wanita belum pernah hamil sama sekali walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
(2) Infertil wanita sekunder adalah dimana seorang wanita pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak dapat terjadi lagi kehamilan walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

d) Kelainan Ginekologi
Faktor-faktor wanita merupakan sebab utama dari infertilitas pada kurang lebih 40% kasus (Variasi 50-70%) sebab-sebab langsung dari infertilitas wanita cukup dikenal dan dapat meliputi kelainan struktur atau fisiologik pada setiap bagian dari traktus genetalis wanita (Manuaba, 2002).
(a) Kelainan Pada Vagina
Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas, masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini adalah adanya sumbatan atau peradangan sumbatan psikogen disebut vaginismus atau dispareuni, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena kandida albicans atau trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah bukan karena antispermaisidanya melainkan antisenggamanya (Wiknjosastro, 2005).
(b) Kelainan Pada Serviks
Faktor serviks merupakan penyebab infertilits dengan persentasinya sekitar 5-10% dari penyebab infertilitas. Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi manusia baru diakui pada abad kesembilan belas, Sims pada 1868 adalah orang yang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas melakukan pemeriksaan lendir serviks pasca senggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Hubner memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertenggahan siklus haid. Uji pasca senggama adalah pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai kualitas, jumlah dan mortalitas sperma yang ada didalam vagina setelah koitus dan interaksi anatara mucus/lender serviks dengan sperma. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukan uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid, yang berarti 1-2 hari sebelum pasangan dianjurkan untuk tidak melakukan senggama dulu selama 2 hari sebelum uji pasca senggama.
(c) Kelainan Pada Uterus
Faktor uterus merupakan salah satu factor penyebab infertilitas pada wanita dengan persentasi sekitar 4-5%.
(1) Malformasi Kongenital
Malformasi uterus congenital terjadi pada 0,1% sampai 0,4% dari semua wanita, tetapi kira-kira 15% wanita infertil. Abortus berulang, kelahiran prematur atau persentasi fetus abnormal adalah keluhan umum wanita dengan malformasi. Lebih dari 80% wanita tidak akan mengalami kesulitan untuk hamil, meskipun hanya sepertiga yang akan melahirkan seorang bayi yang dapat hidup diagnosis malformasi dengan eksplorasi uterus segera sesudah pasca persalinan, histeroskopi, histererosalpingografi dan laparaskopi. Diketahui ada tiga jenis malformasi uterus didelfis, uterus septata dan uterus septus atau bikornis dan kemungkinan anak hidup meningkat dari 10% sampai 70% atau 80%.
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba fallopii manusia setelah 5 menit inseminasi dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempunya, kiranya tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya karena gerakannya sendiri. Tidak disangkal, kontraksi vagina dan uterus memegang peranan penting dalam transfortasi spermatozoa ini. Pada binatang kontraksi alat-alat ini terjadi karena pengaruh oksitosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus sewaktu senggama, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik ternyata prostaglandinlah yang memengang peranan penting dalam transfortasi spemartozoa kedalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah infertilitas.
(2) Terpapar Dietilstilbestrol (DES)
Wanita yang terpapar DES dalam uterus mungkin mempunyai uterus berbentuk T yang disertai dengan penurunan luas permukaan kualitas endometrium. Pada wanita ini, lebih sering terjadi dinemorhoe, menstruasi yang tidak teratur, abortus spontan dan persalinan prematur di bandingkan wanita normal, infertilitas dan kehamilan ektopik juga lebih sering terjadi, meskipun insidensinya kurang jelas.
(3) Perlekatan Intra Uterus (Sindroma Asherman)
Sindroma Asherman merupakan penyebab infertilitas yang jarang ditemukan, tetapi diagnosanya hampir pasti pada setiap wanita yang menjadi amenore sesudah kuretase puerperalis yang dikomplikasikan oleh miometritis. Trias kehamilan, trauma intrauterus dan infeksi intra uterus ini ditemukan pada kebanyakan wanita dengan sindroma asherman meskipun ia telah terjadi juga sesudah kuretase non puerperalis atau metroplasti. Sindroma Asheman bahkan lebih mungkin terjadi jika kuretase tidak dilakukan 3 sampai 4 minggu setelah abortus spontan atau persalinan cukup bulan kesulitan sondage uterus, fibrosis sesudah pemberian esterogen dan progesteron.
Proses desak ruang tak teratur dalam kualitas endometrialis pada histerosalpingosgrafis dan observasi histerokolpik perlengketan atau aglutinasi merupakan gambaran tambahan pada wanita ini harus direkonmendasikan tindakan lisis perlekatan dan pemasangan AKDR selama 2 samapi 3 bulan pada wanita yang ingin hamil. Pemambahan 2,5-5 minggu esterogen konjungsi sehari selama 2 samapi 3 bulan meningkatkan angka kehamilan cukup bulan dari 7% sampai 25%. Abortus spontan, persalianan prematur dan plasenta akreta, inkreta atau perkreta sering terjadi sesudah terapi yang berhasil untuk sindroma asherman.
(4) Mioma Uteri
Infertilitas karena mioma uterus jarang ditemukan mioma submukosa intramural dan subserosa, kesemuanya disertai dengan infertilitas. Tidak terdapat laporan yang menghubungkan frekuensi inferilitas karena fibroid dan 40% samapi 50% wanita infertile dengan fibroid kehamilan terjadi pada 40% wanita sesudah moimektomi dan angka penyelamatan fetus yang membaik.
(5) Endometritis
Bukti histologik endometritis kronoka ditemukan pada 1% sampai 5% bahan contoh biopsy endometrium, dan mungkin suatu faktro penyokong dalam 30% wanita infertil. Endometritis kronika dapat ditemukan sesudah infeksi bakteri (termasuk tuberkolosis), mikoplasma, virus atau riketsia harus diberikan terapi antibiotika yang sesuai, meskipun penampilan histologik endometritis mungkin dimodifikasi dan angka kehamilan sesudah terapi belum diketahui.
(d) Kelainan Pada Tuba
Faktor tuba menjadi abnormalitas tersering pada wanita infertil dan paling sedikit menjadi faktor penyokong pada 15% sampai 30% dari semua pasangan infertil. Saluran telur adalah tempat pemasukan telur dan sperma sesudah persetubuhan, saluran itu juga dipengaruhui oleh perubahan siklus yang perlu untuk pembuahan. Saluran ini akan bergerak diatas dan sekeliling indung telur sedemikian sehingga dapat memungut telur yang dilepaskan, saluran yang kurang normal bisa disebabkan oleh infeksi primer akibat gonorrhoe, infeksi sekunder akibat kelahiran yang sebelumnya. Bisa juga disebabkan karena radang usus buntu, peritonitis, opersi sebelumnya atau endometriosis. Semua ini dapat menimbulkan luka pada saluran telur.
(e) Kelainan Pada Ovarium/Gangguan Ovulasi
Faktor ovarium sebagai factor penyebab infertil presentasinya sekitar 5-10%. Gangguan ovulasi dijumpai pada 30-40% dari seluruh kasus infertilitas wanita. Panjang siklus haid yang normal pada wanita usia reproduksi berkisar antara 25-35 hari pada umumnya wanita mempunyai siklus haid antara 27-31 hari. Wanita yang mempunyai siklus haid yang teratur setiap bulannya (biasanya berkisar setiap 4 minggu) pada umumnya mempunyai siklus yang berovulasi. Karena ovulasi diperlukan sebagai prasyarat untuk terjadinya kehamilan maka saat ovulasi harus dapat ditentukan sebagai bagian dari penilaian dasar pasangan tidak subur. Gangguan ovulasi dapat didiagnosis sebagai ovulasi atau oligoovulasi bearti tidak adanya ovulasi, alogoovulasi artinya tidak serting terjadi ovulasi.
(f) Kelainan Pada Peritoneum
Masalah peritoneum sebagai faktor penyebab infertil presentasinya sekitar 5-10%. Endometriosis adalah penyebab yang paling sering dijumpai laparoskopi diagnostik telah menjadi bagian integral terakhir pengelolahan infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya tidak mendiagnosa kelainan yang sama, khususnya pada istri pasangan yang berumur 30 tahun lebih, atau yang telah mengalami infertilitas selama 3 tahun lebih. Esposito menganjurkan agar laparoskopi diagnostik dilakukan 6-8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas dasar selesai dilakukan (Winkjosastro, 2005).

7. Faktor-Faktor Tidak Diteliti Yang Mempengaruhi Infertilitas:
a) Gaya hidup
Gaya hidup ternyata pegang peranan penting dalam menyumbang angka kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serba cepat dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stress. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopii, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri (Kurniawan,2008).
b) Kegemukan
Timbunan lemak dapat mengganggu kinerja organ tubuh, termasuk organ-organ reproduksi. Kadar kolestelor yang tinggi akan mengusik keseimbangan hormonal yang antara lain bermuara pada terganggunya siklus haid, bisa berupa haidnya terlambat, tidak datang sama sekali dalam beberapa bulan meski tidak hamil, atau sebaliknya justru keluar terus tapi tidak teratur. Padahal gangguan haid berpengaruh langsung pada perhitungan matangnya sel telur, sedangkan hubungan seks di luar masa subur berpeluang tipis menghasilkan pembuahan.
Pada pria gemuk terjadi penumpukan lemak dimana-mana, termasuk di daerah pubis (bagian atas kemaluan), sehingga penisnya tampak pendek dan kecil. Akibatnya, dapat menghambat kontak seksual. Selain itu, obesitas juga berpengaruh pada metabolisme testosterone. Padahal hormon ini menjamin berkembangnya organ reproduksi, timbulnya ciri-ciri seks sekunder laki-laki sebelum pubertas dan berlangsungnya spermatogenesis
(pembentukan sperma) serta mempertahankan fungsi seksual setelah pubertas (Kurniawan, 2008).


c) Kelewat kurus
Gangguan siklus haid pada umumnya dialami oleh wanita yang sangat kurus, misalnya pada atlet lari jarak jauh, model, penari balet, ataupun mereka yang mengalami pengurangan berat badan secara signifikan dan mendadak. Bisa dimengerti karena dalam tubuh, lemak antara lain berfungsi melancarkan metabolisme (Kurniawan, 2008).
d) Lingkungan
Salah satunya, polusi udara akibat kebiasaan merokok maupun buang timbal dari kendaraan bermotor. Mereka yang terpapar zat-zat polutan terbukti mengalami penurunan kualitas sperma. Begitu juga pemakain ganja, kokain, dan heroin disinyalir menyebabkan gangguan sekresi hormon gonadotropin dan prolaktin yang bertujuan pada pengahambatan pelepasan sel telur pada wanita (Puspayanti, 2008)
e) Akrab dengan minuman berakohol
Konsumsi alkohol pada wanita akan menekan produksi hormon esterogen dan progesteron namun meningkatkan prolaktin yang akan menghambat proses ovulasi. Pada pria alkohol akan menurunkan ukuran testis, volume semen (air mani), maupun konsentrasi (kepekatan), mobilitas (kecepatan bergerak), serta morfologi normal spermatozoa.
f) Obat-obatan
Obat-obatan tertentu yang termasuk golongan narkotik maupun obat-obatan kedokteran, seperti beberap jenis antibiotik, obat darah tinggi, obat sakit maag, obat anti kejang, maupun obat-abatan yang digunakan dalam terapi melawan kanker dapat menurunkan kesuburan wanita dan mempengaruhi kualitas sperma.
g) Olahraga berlebihan
Pada wanita, olahraga berlebihan bisa menyebabkan sulit hamil karena mengganggu siklus haid. Diduga akibat penurunan produksi gonadotropin serta peningkatan produksi endorphin dan kortisol.
h) Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus anatara 26 sampai 35 hari, dengan jumlah darah 80 cc dan lamanya haid 3 sampai 7 hari. Bila haid seorang wanita terjadi diluar semua itu maka sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
i) Infeksi
Umumnya ditandai dengan munculnya keputihan yang mesti mendapat perhatian serius. Jika dibiarkan berlanjut dan tak mendapat pengobatan semestinya, infeksi ini akan merambat naik ke rahim atau bahkan ke adneksa yang terdiri dari saluran telur, indung telur, dan ligamentum atau otot-otot penyangga rahim.Terapinya cukup dengan pemberian obat-obatan golongan antibiotik yang tepat. Namun butuh kesabaran dari pasien untuk menjalani terapi ini agar infeksinya benar-benar sembuh. Pencegahan infeksi dapat dilakukan antara lain dengan menjaga kebersihan kebersihan diri saat buang air. Terutama kala terpaksa buang air di tempat umum yang kurang terjaga kebersihanya, sedapat mungkin segera bilas begitu menemukan air bersih. Perhatikan pula pola membasuhnya, yakni dari atas ke bawah. Jangan pernah sebaliknya, dari anus ke vagina, karena berpeluang membawa kuman yang mungkin bercokol di anus ke vagina.
j) Hubungan seksual
Penyebab infertilitas dari segi hubungan seksual meliputi frekuensi, posisi, dan melakukannya pada waktu subur.
(1) Frekuensi
Hubungan intim (coitus) atau onani (masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memperoduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
(2) Posisi
Inferilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehinga sperma dapat dikeluarkan yang nantinya akan bertemu sel telur yang menunggu di saluran telur wanita (tuba fallopii). Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu, gangguan ereksi (impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria diatas dan wanita dibawah sebagai tambahan dibawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung, dianjurkan setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring dulu selama 10 menit sampai satu jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
(3) Masa subur
Marak ditengah masyarakat bahwa supaya hamil saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu, hal ini juga perlu diingat bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu telur dilepas sel indung telur dalam setiap masturbasi yaitu 14 hari sebelum mentruasi berikutnya, peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menuggu sel sperma di saluran telur (tuba fallopii) selama ± 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
Adapun cara untuk mengetahui masa subur antara lain :
(a) Dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba oleh jari (pastikan jari bersih untuk mencegah terjadinya infeksi). Pada saat subur keluarlah cairan bening seperti putih telur sehinga kelamin terkesan basah. Banyak wanita mengganggap hal itu keputihan, lendir mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental sehinga kelamin terkesan kering.
(b) Dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama beberapa siklus menstruasi (biasanya sampai tiga bulan). Tanda ovulasi yaitu bila terjadi sedikit kenaikan suhu tubuh pada pertengahan siklus haid. Suhu tubuh itu disebut suhu tubuh basal yaitu suhu tubuh dalam kondisi istirahat penuh. Peningkatan suhu tubuh yang jelas walaupun sedikit (sekitar 0,2-0,5 C) terjadi karena produksi hormon progesteron yang muncul segera setelah ovulasi.
Cara mengukur sendiri suhu basal tubuh :
(1) Guncang thermometer hingga dibawah 36 C dan siapkan termometer didekat tempat tidur. Setelah bagun tidur letakkan thermometer dimulut selama 10 menit penting bagi anda jangan banyak bergerak, tetap berbaring dan istirahat dengan mata tertutup sampai selesai. Setelah 10 menit baca dan catat suhu pada grafik saat tanggal pemeriksaan itu.
(2) Dengan memeriksa lendir rahim dibawah mikroskop, pada saat subur akan tampak bentuk seperti daun pakis yang sempurna.
(3) Pemeriksaan USG melalui vagina, dengan ini dapat dilihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur.
(Kurniawan, 2008).











BAB III
KERANGKA TEORI

A. Kerangka Teori
Gangguan pada organ reproduksi kerap mempengaruhi kesehatan fisik, psikis, dan emosi wanita. Wanita lebih banyak mengalami gangguan kesehatan pada organ reproduksinya dibandingkan mengalami gangguan-gangguan kesehatan lainnya. Gangguan pada organ-organ reproduksi sangat banyak dan bervariasi dan sering kali berkaitan satu sama lain salah satunya yaitu infertil. Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian infertil diantaranya yaitu umur, gaya hidup, kegemukan, kelewat kurus, lingkungan, akrab dengan minum-minuman alkohol, obat-obatan,olaraga yang berlebihan, gondongan, infeksi, kuretase berulang, riwayat operasi, lamanya infertil, jenis infertil, varikokel dan kelainan ginekologi ( Kurniawan, 2008). Dalam hal ini peneliti ingin meneliti gambaran wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr. Mohammmad Hoesin Palembang ditinjau dari variabel independen yaitu umur, lamanya infertilitas, jenis infertilitas dan kelainan ginekologi dan variabel dependen yaitu infertilitas maka dapat digambarkan kerangka teorinya seperti gambar dibawah ini:
Kerangka Teori


B. Definisi Operasional
Karakteristik Wanita Infertil
1. Umur
Pengertian : Usia respoden sesuai dengan yang tercantum di data medical record
Cara Ukur : Mencatat data dari medical record
Alat Ukur : Daftar isian.
Hasil Ukur : 1. Usia 20-30 tahun
2.Usia 31-40 tahun
3. Usia > 40 tahun
(Irsal, 2008)
Skala Ukur : Ordinal

2. Lamanya infertil
Pengertian : Sudah berapa lama ibu tersebut infertil.
Cara Ukur : Mencatat data dari medical record
Alat Ukur : Daftar Isian
Hasil Ukur : 1. 1-2 tahun
2. 2,5-4 tahun
3. 4,5-7,5 tahun
4. > 8 tahun
(Puspayanti, 2008)
Skala Ukur : Ordinal
3. Jenis Infertil
Pengertian : Pembagian klasifikasi infertil yang dialami oleh ibu sesuai dengan tercantum di medical record.
Cara Ukur : Mencatat data dari medical record
Alat Ukur : Daftar Isian
Hasil Ukur : 1. Infertil primer (tidak pernah hamil)
2. Infertil sekunder ( pernah hamil tetapi untuk hamil lagi tidak bisa).
Skala Ukur : Nominal

4. Kelaianan Ginekologi
Pengertian : Kelainan pada alat reproduksi wanita yang meliputi saluran telur (tuba fallopii), ovulasi, perotonium/endometriosis, usia, vagina, serviks, mulut rahim dan rahim.
Cara Ukur : Mencatat data dari medical record
Alat Ukur : Daftar Isian
Hasil Ukur : Kelainan dan gangguan pada:
1. Vulva
2. Vagina
3. Serviks
4. Uterus
5. Tuba fallopii
6. Peretonium
7. Ovarium
Skala Ukur : Nominal




BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriftif untuk mengetehui gambaran umur, jenis infertil, lamanya infertil dan kelainan-kelainan ginekologi pada wanita infertil di Poli Infertilitas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.

B. Populasi
Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah semua pasien wanita yang berkunjung di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008 yang berjumlah 87 orang.

C. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling ( Budiarto, 2004 ), dimana peneliti mengambil responden dengan menetapkan kriteria yang telah ditentukan dengan jumlah sampel pada penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 87 orang, yaitu semua pasien wanita yang mengalami infertil dan yang mempunyai data lengkap mengenai variabel yang akan diteliti di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008. Ada dua kriteria yang digunakan yaitu:
1) Kriteria inklusi yaitu semua pasien wanita yang mengalami infertil dan mempunyai data yang lengkap yang tercantum dalam medikal record.
2) Kriteria ekslusi yaitu semua pasien yang bukan wanita yang mengalami infertil dan tidak mempunyai data yang lengkap yang tercantum dalam medical record (Nursalam, 2001).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Juni sampai 31 Juli 2009.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara mengambil data sekunder.Data diperoleh dari berbagai sumber yaitu :
(a) Rekam Medik dan data yang langsung diambil di Poli Infertilitas RS.Mohammad Hoesin Palembang
(b) Buku-buku yang berhubungan dengan infertil, baik dari buku di pendidikan dan perpustakaan.
2) Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian.
F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data
1) Pengelolahan Data
Menurut Hastono (2001), ada empat tahap pengelolahan data yaitu:
(a) Editing (pengelolahan data)
Yaitu kegiatan pengecekan isian checklist apakah data sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Editing langsung dilakukan ditempat pengumpulan data atau dilapangan sehinga jika terjadi kesalahan maka upaya pembetulan data segera dilakukan.
(b) Coding (pengkodean)
Yaitu kegiatan merubah data dalam bentuk menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaanya adalah untuk mempermudah
pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat memasukan data.
(c) Entry Data (memasukan data)
Setelah semua isian checklist terisi penuh dan benar, juga sudah melewati pengcodingan, maka langkah selanjutnya adalah memperoses data agar dapat dianalis.
(d) Cleaning (pembersihan data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak.



2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah univariat dimana data yang dianalisis dengan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yaitu umur, lamanya infertil, jenis infertil dan kelainan ginekologi.























BAB V
HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Sejarah Perkembangan
Berdasarkan profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun 2008, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri Kesehatan RI dr. Mohammad Ali (dr. Lee Kiat Teng) dengan biaya Pemerintah Pusat. Tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit ini mulai operasional, yang dapat melayani masyarakat se-Sumatera Bagian Selatan dimana saat itu meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung.
a. Identitas Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Kode Rumah Sakit : 167.1013
Direktur Utama : dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM. SpOG
Alamat : Jl. Jend. Sudirman Km. 3,5 Palembang
Kecamatan/ Kota : Ilir Timur 1/ Palembang
Kode/ Telepon/ Faximile : 0711-354088 (hunting), 0711-7074577
Fax: 0711-351318
E-mail : rsmh@plasa.com, rsmh@telkom.net.id
Kelas Rumah Sakit : Kelas B Pendidikan
Luas Tanah : 218.455 m²
Luas Bangunan : 55.245,9 m²
Tahun Dibangun : 1953
Tahun Operasional : 1957
b. Pembangunan Gedung
Super VIP dibangun tahun : 2004
Kelas 1 dibangun : 1986 (renovasi 2005)
Kelas Utama (VIP) dibangun : 1986 (renovasi 2005)
Kelas III dibangun : 1979
Kelas II dibangun : 1978 (renovasi 2006)
c. Fasilitas Tempat Tidur (berdasarkan SK Dirut No. PL.02.01.1.572 tanggal 01 Juni 2007)
Super VIP : 11 tempat tidur
Kelas Utama (VIP) : 76 tempat tidur
Kelas I : 83 tempat tidur
Kelas II + Intensive Care : 188 tempat tidur
Kelas III : 474 tempat tidur
Jumlah Tempat Tidur : 832 tempat tidur

2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1243/ Menkes/ SK/ VIII/ 2005, tanggal 11 Agustus 2005 tentang penetapan 13 eks RS Perjan menjadi Unit Pelaksana Teknis Depkes RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Sedangkan mengenai struktur organisasinya diatur berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1680/ Menkes/ PER/ XII/ 2005, tanggal 27 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Sebagai Badan Layanan Umum, RSUP dr. Mohammaad Hoesin Pale\mbang mempunyai Layanan Unggulan yaitu di bidang Kardiologi dan Rawat Darurat.
a. Visi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
“Menjadi Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian terbaik dan bermutu se-Sumatera”.
b. Misi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi
2) Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan
3) Menjadi pusat promosi kesehatan
c. Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Anda merupakan Kebahagiaan Kami”.
d. Tujuan Perusahaan
1) Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat
2) Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang kesehatan
3) Menghasilkan tenaga dokter umum, spesialis dan sub spesialis serta keperawatan yang berkualitas dan bermodal tinggi

3. Ketenagaan
1) Dokter Spesialis & Sub Spesialis : 149 orang
2) Dokter Spesialis Gigi : 1 orang
3) Dokter PPDS : 238 orang
4) Dokter Umum : 45 orang
5) Dokter Brigade Siaga Berencana : 14 orang
6) Dokter Gigi : 4 orang
7) Apoteker : 7 orang
8) Perawat/ Bidan : 540 orang
9) Paramedis Non Perawatan : 158 orang
10) Tenaga Non Kesehatan : 583 orang
Jumlah Pegawai : 1.739 orang

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. Adapun hasil dari analisis tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dan teks.


a. Umur
Berdasarkan umur penderita kejadian infertil dibagi menjadi dalam 3 kelompok yaitu :1. 20 – 30 tahun, 2. 31 – 40 tahun, 3. > 40 tahun
Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Wanita
Infertil di Poli infertilitas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun
Palembang Tahun 2008 (N=87)

Umur responden n %
20-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun 48
33
6 55,2
37,9
6,9
Jumlah 87 100

Dari Tabel 5.1 menunjukan bahwa 87 responden yang mengalami infertil di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008 dilihat dari umur yang paling banyak terjadi infertil yaitu umur antara 20-30 tahun ada 48 orang (55,2%) dan paling sedikit terjadi pada kelompok umur > 40 tahun yaitu sebanyak 6 orang (6,9%).



b. Lama Infertilitas
Berdasarkan lama infertil responden penderita kejadian infertil dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : 1. 1-2 tahun, 2. 2,5 – 4 tahun, 3. 4,5 – 7,5 tahun, 4. > 8 tahun.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Lama Infertil Di Poli Infertilitas
RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2008 (N=87)

Lama infertil n %
1-2 tahun 28 32,2
2,5-4 tahun 33 37,9
4,5-7,5 tahun 6 6,9
> 8 tahun 20 23
Total 87 100

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa karakteristik wanita infertil yang datang di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang, dilihat dari lamanya infertil yang dialami oleh wanita infertil yang paling banyak yaitu pada 2,5-4 tahun ada 33 orang (37,9%) dan yang paling sedikit pada kelompok lama infertil 4,5 – 7,5 tahun yaitu sebanyak 6 orang (6,9%).


c. Jenis Infertilitas
Berdasarkan jenis infertil yang dialami responden yang mengalami infertil maka dapat dibagi dua yaitu : 1. Infertil Primer, 2. Infertil Sekunder.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jenis Infertil Di Poli Infertilitas RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008 (N=87)

Jenis infertil n %
Primer 84 96,6
Sekunder 3 3,4
Total 87 100

Dari tabel diatas dapat mengambarkan bahwa karakteristik wanita infertil yang datang di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammmad Hoesin Palembang tahun 2008 dilihat dari jenis infertilnya diketahui yang paling banyak yaitu infertil primer ada 84 orang (96,6%).

d. Kelainan Ginekologi
Berdasarkan kelainan ginekologi kejadian infertil dapat dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelainan pada vulva, vagina, serviks, uterus, tuba fallopii dan pada ovarium.


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kelainan Ginekologi Di Poli Infertilitas
Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2008 (N=87)

Kelainan ginekologi N %
Vulva - -
Vagina 25 28,7
Cerviks 5 5,7
Uterus 11 12,6
Tuba fallopii 33 37,9
Ovarium 13 14,9
Total 87 100

Dari tabel diatas dapat digambarkan dari kelainan ginekologi yang telah diketahui bahwa yang paling banyak adalah kelainan pada organ tuba fallopii ada 33 orang (37,9%) dan yang paling sedikit terjadi kelainan pada organ serviks yaitu sebanyak 5 orang (5,7%).




BAB VI
PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di Poli infertilitas Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tanggal 25 Mei sampai dengan 30 Juni tahun 2009. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai umur, lamanya infertil, jenis infertil dan kelainan ginekologi pada wanita yang mengalami infertil di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita infertil yang berkunjung di poli infetilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008 dan sampel pada penelitian ini adalah wanita yang mengalami infertil dengan besar sampel 87 orang. Pengampilan sampel dilakukan secara purposive sampling Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat daftar isian yang ada di poli infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang yang selanjutnya akan diolah dengan analisis univariat.

A. Karakteristik Umur Wanita Infertil Di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 87 orang wanita infertil yang diteliti, terdiri dari 48 orang (55,2%) yang umurnya 20-30 tahun, 33 orang (37,5%) yang umurnya 31-40 tahun dan 6 orang (7,2%) yang memiliki umur > 40 tahun. Hal tersebut agak berkebalikan dengan teori, dimana secara teori wanita yang paling banyak mengalami infertil yaitu umur > 40 tahun, dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis dan wanita tidak menstruasi lagi atau tidak bisa hamil lagi.Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari kedua atau ketiga (Kurniawan, 2008).
Namun hal ini bisa saja terjadi karena banyaknya usia wanita yang menikah kisaran umurnya yaitu 20-30 tahun, sehingga mereka yang menikah pada usia ini setelah berumah tangga lebih dari satu tahun dan sudah mendambakan momongan (anak) namun tidak juga kunjung hadir segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan untuk mengetahui penyebabnya. Jika dilihat dari teori antara umur dengan kejadian infertil disini lebih dititik beratkan dengan kualitas ovum (sel telur) yang dihasilkan dengan bertambahnya umur, kita ketahui bahwa penyebab infertilitas itu sendiri itu banyak tidak hanya dari faktor ovarium ini saja, bisa saja dari faktor gaya hidup, dimana gaya hidup yang serba cepat dan kompotitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stress. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak ini juga bisa menyebabkan gangguan ovulasi, spasme tuba fallopii, menurunya frekuensi hubungan suami istri dan personal hygien yang kurang sehingga terjadi infeksi yang tidak diketahui.


B. Karakteristik Lamanya Infertil Di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 87 orang wanita infertil yang diteliti, terdiri dari 28 orang (32,2%) yang lama infertilnya 1-2 tahun, 33 orang (37,9%) lama infertilnya 2,5-4 tahun, 6 orang (6,9%) lama infertilnya 4,5-7,5 tahun dan 20 orang (23%) yang lama infertilnya > 8 tahun. Kita ketahui bahwa pengertian dari infertil itu sendiri adalah kegagalan sepasang suami istri untuk hamil selama 12 bulan atau lebih dengan koitus yang teratur dan tanpa mengunakan alat kontrasepsi (Winkjosastro,2005).
Dalam hal ini jelas bahwa semua wanita yang diteliti ini adalah wanita yang mengalami infertil, dan dilihat dari data yang didapat bahwa yang paling banyak dilihat dari lamanya infertil yaitu 2,5-4 tahun, hal diatas juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pasangan yang memiliki prognostik tentang infertilitas tiga tahun atau kurang mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami kehamilan spontan di kemudian hari (Kurniawan, 2008). Karena biasanya pasangan yang sudah menikah yang belum juga dikaruniai anak merasa risau mengapa belum juga dikaruniai anak sehingga mereka segera melakukan pemeriksaan namun ada juga yang merasa malu memeriksakan hal tersebut takut dibilang mandul padahal bila hal tersebut cepat diketahui maka pengobatan atau penatalaksanaanya mungkin tidak terlalu sulit dan kemungkinan untuk bisa hamil lebih besar. Namun, bila lama infertilitas lebih panjang, maka sangat mungkin ada masalah biologis yang berat dalam artian datang sudah terlambat, umur semakin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah dan semakin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai.

C. Karakteristik Jenis Infertil Di Poli Infertil RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.
Telah dijelaskan bahwa jenis infertilitas dibagi dua yaitu infertil primer dan infertil sekunder. Adapun infertil primer adalah pasangan suami istri belum pernah hamil selama setahun dengan senggama teratur dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan infertil sekunder adalah pasangan suami istri pernah hamil tetapi kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu satu tahun dengan koitus teratur dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Winkjosastro, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat data bahwa dari 87 orang wanita infertil, 84 orang (96,6%) mengalami infertil primer dan 3 orang (3,4%) mengalami infertil sekunder. Hal ini bisa saja karena pada umumnya usia pernikahan 1-3 tahun sudah sepantasnya memiliki anak tetapi hal itu tidak juga kunjung hadir biasanya kisaran antara 1-3 tahun lama infertilitas yang paling banyak memeriksan diri.
Wanita yang mengalami infertil sekunder jarang karena bagi mereka yang sudah pernah hamil menganggap untuk hamil yang berikutnya hanya menunggu waktu yang tepat, mereka belum mengetahui bahwa wanita yang sudah pernah hamil belum tentu bisa menjamin jika ingin hamil lagi langsung bisa hamil khususnya bagi wanita yang pada kehamilan dan persalinan terdahulu pernah mengalami suatu kelainan ginekologi.
Menurut Irlan, paling tidak terdapat sekitar 20% pasangan menemui kesulitan untuk hamil kembali setelah melahirkan anak. Kejadian ini sering membuat bingung pasangan-pasangan tersebut. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan infertilitas sekunder pun sama seperti layaknya yang mengakibatkan infertilitas primer meski faktor usia adalah merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan.
Dimana faktor usia tidak saja mempengaruhi kualitas sel telur dari seorang wanita, namun juga dapat mempengaruhi kualitas maupun jumlah sperma yang dihasilkan oleh seorang pria. Meski, secara faktual seorang pria akan terus memproduksi sperma sepanjang hidupnya sejak masa pubertas.
Pilihan pengobatan biasanya akan disesuaikan dengan gangguan yang ditemukan. Mulai dari terapi obat sampai operasi. Dengan berkembangnya teknologi kedokteran saat ini, maka teknologi reproduksi berbantu seperti teknik bayi tabung sudah dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah seperti sumbatan pada kedua saluran indung telur atau gangguan pada sperma. Dan pengobatanpun diserahkan pada pasangan untuk memilih yang terbaik bagi mereka.




D. Karakteristik Kelainan Ginekologi Di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008.
Kelainan-kelainan ginekologi yang terjadi pada wanita infertil bisa saja lebih dari satu kelainan. Berdasarkan data yang ada pada tabel 5.4 bahwa pada penelitian ini, hanya ada satu kelainan ginekologi yang dialami oleh wanita infertil dan yang terbanyak adalah kelainan pada organ tuba fallopi yaitu ada 33 orang (37,9%) dan organ vagina yaitu ada 25 orang (28,7%). Data diatas sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab II bahwa kelainan organ tuba merupakan abnormalitas tersering atau sekitar 15 – 30% pada kasus infertilitas.
1. Kelainan Ginekologi Ditinjau Dari Organ Tuba
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dapat dilihat dalam tabel 5.4 bahwa dari 33 orang wanita yang mengalami kelainan pada organ tubanya 100% mengalami obstruksi tuba. Obstruksi tuba yang terjadi pada 33 orang ini dapat diidentifikasi yaitu 18 orang (54,54%) mengalami obstruksi tuba unilateral dan 15 orang (45,46%) mengalami obstruksi tuba bilateral yang artinya persentase kemungkinan untuk hamil adalah 0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa wanita infertil yang datang ke Poli Infertilitas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008 , harus mendapatkan konseling lebih lanjut tentang usaha atau jalan lain untuk mendapatkan anak yaitu dengan jalan bayi tabung.


2. Kelainan Ginekologi Ditinjau Dari Organ Vagina
Di tinjau organ vagina kelainan ginekologi yang terjadi pada pasien wanita di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.4 bahwa akibat vaginitis yang terbanyak yaitu 25 orang (28,7%) . Hal ini dapat juga diijelaskan berdasarkan teori yang telah dibahas pada Bab II bahwa masalah vagina (3-5%) yang dapat menghambat penyampaian sperma ialah adanya sumbatan atau peradangan (vaginitis). Dengan melihat data diatas maka peran petugas kesehatan yang memberikan konseling yang lebih ditekankan tentang personal hygien.
3. Kelainan Ginekologi Ditinjau Dari Organ Serviks
Ditinjau dari organ serviks berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada wanita infertil di poli infertilitas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008, data didapatkan bahwa 100% akibat servisitis data ini dapat didukung dengan teori yang dikemukan oleh Sims, pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan fertilitas dan melakukan pemeriksaan lendir serviks pasca senggama. Apabila serviks terinfeksi maka lendir yang dihasilkan pun akan menjadi abnormal, hal ini menganggu fertilitas yang dihubungkan dengan kelangsungan hidup sperma dan pergerakannya.
4. Kelainan Ginekologi Ditinjau Dari Organ Uterus
Kelainan organ uterus merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas pada wanita dengan persentasi 4-5%. Dari data hasil penelitian yang telah dilakukan ditinjau dari organ uterus dapat dilihat pada tabel 5.4 faktor mioma uteri merupakan masalah yang paling banyak ditemukan yaitu 7 orang (63,63%) dan teori mengatakan bahwa mioma submukosa, intra mural ataupun subserosa kesemuanya disertai dengan infertilitas.
5. Kelainan Ginekologi Ditinjau Dari Organ Ovarium
Gangguan ovulasi dijumpai pada 5-10% dari seluruh kasus infertilitas pada wanita, teori diatas mendukung hasil penelitian yang dapat dilihat pada table 5.4 bahwa 76,9% atau terjadi pada 10 orang pasien infertil karena kista ovarium, yang ditinjau dari masalah ovarium. Dengan melihat data diatas dapat dikatakan bahwa kelainan ginekologi ditinjau dari faktor ovarium masih cukup tinggi, maka untuk penanganan ini diharapakan peran serta petugas kesehatan yang memberikan pelayanan infertilitas khususnya, agar dapat memotivasi wanita infertil tersebut untuk mematuhi jadwal pemeriksaan yang ditetapkan dokter agar kelainan tersebut dapat segera ditanggulangi.








BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada wanita infertil yang datang di Poli Infertilitas RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa :
a. Dari 87 orang wanita infertil yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 orang (55,2%) yang mengalami infertil yang paling banyak pada umur 20-30 tahun.
b. Jenis infertilitas yang banyak terjadi yaitu infertil primer yaitu ada 83 orang
(95,4%).
c. Lama infertil yang banyak dialami yaitu lamanya 2,6-4 tahun sebanyak 33 orang (37,9%).
d. Dari kelainan ginekologi yang telah diketahui didapat bahwa kelainan pada organ tuba yang paling banyak yaitu ada 33 orang (37,9%) dan pada organ vagina yaitu ada 25 orang (28,7%), pada organ ovarium yaitu ada 13 orang (14,9%), pada organ uterus yaitu terjadi pada 11 orang (12,6%), pada organ serviks terjadi pada 5 orang (5,7%).

B. Saran
1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Palembang
Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah dan mengembangkan fasilitas perpustakaan dengan memperbanyak buku-buku atau bulletin kesehatan terbaru maupun hasil penelitian terbaru yang dapat menunjang penelitian, khususnya buku-buku yang berkaitan dengan metodelogi penelitian.
2. Bagi RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan sistem pendokumentasian pada status pasien yang dapat menunjang kelancaran kepada tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dari hasil penelitian, diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai umur, lama infertil, jenis infertil dan kelainan ginekologi yang lebih akurat lagi dan juga dapat melakukan penelitian dengan variable lain juga dan pada tempat yang berbeda sehingga penelitian ini dapat dikembang.